An Encounter: Women Film Directors From Asia, Ratna Asmara and Kinuyo Tanaka

Ratna Asmara and Kinuyo Tanaka, women directors from Asia, offer a unique perspective in their films. They both started their

Katalog Pameran Basuki Resobowo

Katalog Pameran “B. Resobowo”, Oktober 2021, Galeri Nasional Indonesia. Kurator: Umi Lestari. Link Katalog

Film anak klasik Indonesia, pemutaran bersama bioscil di yogyakarta

Bulan April lalu, saya memutarkan dua judul film yang selama ini dianggap sebagai film hilang. Pertama adalah Membalas Budi: K

Aladin and Tan Sing Hwat at the Wandering Salon 2023

October 7, I shared about Aladin and Tan Sin Hwat  in Sinema Transtopia, Berlin, Germany. The screening program is part o

Basuki Resobowo at the Wandering Salon 2023

October 7, I shared my project and research about Basuki Resobowo in Sinema Transtopia, Berlin, Germany. This workshop is part

Mila Turajlić and Non-Aligned Newsreels [IND-ENG]

Mila Turajlić performing the Non-Aligned Newsreels at Archival Assembly #2. It is an attempt to re-activating the archives.

Kerja Aktivasi Arsip Film di Indonesia: – Public Lecture di Festival Montaj, Universitas Padjajaran

Jatinangor, 23 Juni 2023. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan hasil catatan saya sebagai pengamat, pembelajar, dan juga

Ratna Asmara dan Dr. Samsi di JAFF 2022: Pemutaran dan Presentasi

Presentasi oleh Umi Lestari dan Efi Sri Handayani dalam pemutaran film Dr. Samsi (Ratna Asmara, 1952) di Jogja-NETPAC Asian Fi

EYE International Conference 2022

From May 28 to June 1 2022, I attend the 7th Eye International Conference 2022. This annually event organized by Eye Filmmuseu

Finding Basuki Resobowo’s Works in the Netherlands

Last year, I had a chance to be a curator of “B. Resobowo”, an art exhibition showing Basuki Resobowo’s archive and work

Ratna Asmara and Dr. Samsi Go to Eye Filmmuseum Amsterdam

Ratna Asmara directed Dr. Samsi in 1952. This film is based on modern play written by Andjar Asmara, who was hailed as the Fat

Ratna Asmara / Suska, Liarsip, dan Saya

Ratna Asmara / Suska, Liarsip, dan Saya merupakan pidato yang saya bawakan dalam acara Sekolah Pemikiran Perempuan x Jakarta B

Liburan Seniman Portrays New Emerging Forces 1965

Liburan Seniman (Usmar Ismail, 1965) portrays Sukarno's effort to make New Emerging Forces in 1965 through its neorealism appr

Lie Gie San Penata Kamera Terbaik FFI 1955 dan Belenggu Masyarakat (1953)

Lie Gie San membuat film Belenggu Masyarakat (1953)[1] bersama sutradara D. Suradjio. Ia menang FFI 1955 sebagai sinematografe

Dosa Tak Berampun (1951) karya Usmar Ismail

Sebelum Usmar Ismail belajar ke Amerika, ia sempat menyutradarai filem Dosa Tak Berampun (1951).

Big Village (1969) dari Usmar Ismail: Legitimasi Orde Baru di Masa Transisi

Usmar Ismail membuat Big Village (1969) atau Dusun Besar tepat di masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada momen ini,

Terimalah Laguku dan Homage Untuk Si Tjonat

Apes benar nasib Djadoeg Djajakusuma. Badan sensor dan kritikus menganggap filem pertamanya tidak cocok untuk dengan modernita

Djadoeg Djajakusuma Mengeksplorasi Tradisi dan Wonosari dalam Filem Embun (1951)

Sebelum menyutradarai Embun (1951), setidaknya Djadoeg Djajakusma telah berproses pada tiga film awal Perfini. Ia menjadi asis

Si Melati Karya Basuki Effendy

Si Melati (1954) merupakan film anak buatan Basuki Effendy. Selain dikenal sebagai sutradara Perusahaan Film Negara (PFN), Bas

Bachtiar Siagian Yang Kabur dalam Reenactment Daerah Hilang

Bachtiar Siagian pernah bikin filem Daerah Hilang. Filem ini disensor Orde Lama. Akbar Yumni dan Yustiansyah melakukan reenac

Dream Team ala Perfini

DSekitar tahun 1954, Usmar Ismail pernah menulis, “film adalah kesenian bersama (collective) yang membutuhkan ahli-ahli bagi

Citra: Melodrama Kegagalan Pemuda 

Sebagai penanda penting dalam sinema Indonesia, keberadaan Citra (Usmar Ismail, 1949) bagaikan hantu tanpa wajah. Judul film i

Penyangkalan Tak Ada Ujung: Usmar Ismail dan Harta Karun

Usmar Ismail, seorang Pisces yang hampir memiliki traits Aries, ini menyatakan bahwa ia tidak memiliki kuasa sama sekali ketik

Humba Dreams: D.A. Peransi dan Sinema Rumahan

Humba Dreams (2019) karya Riri Riza memperkenalkan D.A. Peransi sebagai teoritisi film Indonesia. Film ini berlatar Sumba.

Bachtiar Effendi dan Meratjun Sukma (1953)

Bachtiar Effendi dikenal sebagai jurnalis, sutradara, aktor, aktivisi. Ia membuat Meratjun Sukma pada tahun 1953 diproduseri P

On Film Restoration and Shiraz: a Romance of India

ike when I saw Shiraz: a Romance of India (1928), I was amazed by choreography on war and how the film team was able to arrang

The Plastic House From Allison Chhorn

If you are looking for film reference with minimal film crew or a film about solitude and farming, The Plastic House can be th

Whose Gaze: On a Clear Day You Can See the Revolution From Here

On a Clear Day You Can See the Revolution From Here (2020) tries to represent the acceleration in the cities of Kazakhstan.

Purple Sea: A Story from the Mediterranean Sea

Durasinya hanya 67 menit. Terkadang kamera menangkap langit tanpa horizon, tetapi ia lebih banyak berada di dalam air. Tidak a

On Collaborative Practice: Of Land and Bread and akumassa

Of Land and Bread (2019) merupakan karya dari sutradara kelahiran Suriah, Ehab Tarabieh. Pujian tersemat untuk footage film ya

Festival Film Online: Ucifest, Visions du Reel, We Are One

Festival Film Online yang berlangsung selama bulan Maret hingga Juni 2020. Saya menonton film di Ucifest, Visions du Reel, dan

Sinema Refleksif: Pengantar Film Eksperimental dari Asia Tenggara

Pada perhelatan UMN Animation and Film Festival (Ucifest) 2020 kali ini, saya berkesempatan untuk menunjukkan tiga film eksper

Perempuan Tanah Jahanam: Teror di Balik Keindahan

Tak ada kata yang bisa mewakili kekaguman saya pada adegan pembuka dalam Perempuan Tanah Jahanam. Ping pong percakapan hadir l

Ambisi Gundala

Boredom menggelayut selama dua jam. Masa lalu superhero yang super tragis. Mendayu-dayu latar musik. Perkelahian melempem di a

Pulang karya Basuki Effendy

Setiap melihat filem klasik Indonesia yang dibuat pada tahun 1950-an, saya selalu bertanya: Bagaimana para pekerja kreatif mem

Dua Garis Biru: Akselerasi Kedewasaan

Sange gak kenal kelas sosial! Ketika ketertarikan jasmaniah dan jiwani ini terlembagakan ke dalam pernikahan, ceritanya menjad

Inter Asia Cultural Studies Society Conference 2019 di Kota Dumaguete

Kereta pre-loved. Mobil beriringan menunggu giliran saat jam sibuk. Lebar jalanan yang hanya dua lajur. Kota-kota pinggiran Ma

Catatan dari 13th Asian Cinema Studies Society Conference

“Di era globalisasi, para pembuat film makin jeli untuk mengindikasikan masalah dan isu-isu yang lebih global,” begitulah

Tentang Psikoanalisis dan Jacques Lacan

Tulisan sederhana ini ditulis pada 6 Agustus 2014. Saat itu saya sedang berusaha mengingat secara mudah konsep-konsep Psikoana

Film Aladin dan Perasaan Janggal yang Menyertainya

Dari Komedie Stamboel hingga Sisworo Gautama Putra, lalu ke cerita Luna Maya. Ada apa dengan Aladin dan Seribu Satu Malam?

#MalamJumat the Movie: Moralis tapi Asyik

Saya selalu mengutarakan bahwa film slasher / horror/ thriller is not my cup of tea. #MalamJumat the Movie dari Hadrah Daeng R

Estetika Film Indonesia: Belajar Dari yang Klasik

Estetika Film Indonesia: The Teng Chun Pada tahun 2016 lalu, saya berkesempatan untuk melihat film dari masa kolonial di Sinem

27 Steps of May dari Ravi Bharwani dan Rayya Makarim

Mengapa laki-laki bertato dan cincin tengkorak masih menghantui, seolah Ravi Bharwani dan Rayya Makarim tidak bisa bergerak me

Garin Nugroho: Kucumbu Tubuh Indahku

Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,

Ave Maryam di Mata Kami

Puitika Desain dalam Ave Maryam karya Ertanto Robby. Bagi untuk penonton yang telah terbiasa dengan estetika instagram dan fot

Mantan Manten: Pro Pangling-Pangling Club dan Kembalinya Tradisi Jawa

Manten Manten (2019, Farisha Latjuba) memberikan tawaran bahwa cinta tidak harus memiliki. Perempuan juga bisa memilih untuk t

Between Huyung and Nawi Ismail: Montage

Imagine you are a detective. You are looking for evidence of a case with minimal information. Suddenly you find simple but sig

Antara Huyung dan Nawi Ismail: Montase

Antara Huyung dan Nawi: jangan main-main Anda sama yang khatam montase! Ditambah dengan komedi khas Indonesia, bisa ngakak And

Benyamin Sueb dalam Enam Film Nawi Ismail yang Wajib Kamu Tonton!

Ngobrolin Benyamin itu kagak pernah ada habisnya! Ada saja hal-hal dari karyanya yang masih kontekstual hingga sekarang, Mau m

Lisabona Rahman – What They Don’t Talk About When They Talk About Film Restoration

Sedari Ashar, mendung menggelayut di kawasan Sleman. Hujan kadang turun deras, kemudian gerimis tipis-tipis menjelang pukul li