Katalog Pameran Basuki Resobowo
Katalog Pameran “B. Resobowo”, Oktober 2021, Galeri Nasional Indonesia. Kurator: Umi Lestari. Link Katalog
Katalog Pameran “B. Resobowo”, Oktober 2021, Galeri Nasional Indonesia. Kurator: Umi Lestari. Link Katalog
Bulan April lalu, saya memutarkan dua judul film yang selama ini dianggap sebagai film hilang. Pertama adalah Membalas Budi: Kisah si Mardi dan si Manis (English title, Mardi and the Monkey) karya sutradara Inggris, Kay Mander. Kedua adalah si Melati karya Basuki Effendy. Kedua film ini merupakan film anak setelah si Pintjang (Kotot Sukardi, 1951) …
Film anak klasik Indonesia, pemutaran bersama bioscil di yogyakarta Read More »
October 7, I shared about Aladin and Tan Sin Hwat in Sinema Transtopia, Berlin, Germany. The screening program is part of the Wandering Salon, the first film festival from and about Southeast Asian diaspora organized by unthaitled and Soy Division Berlin. I would like to thank the six curators of Wandering Salon: Sarnt Utamachote, Rosalia …
Aladin and Tan Sing Hwat at the Wandering Salon 2023 Read More »
October 7, I shared my project and research about Basuki Resobowo in Sinema Transtopia, Berlin, Germany. This workshop is part of The Wandering Salon, the first film festival from and about Southeast Asian diaspora organized by unthaitled and kaum. I would like to thank to the six curators of Wandering Salon: Sarnt Utamachote, Rosalia Namsai …
Mila Turajlić performing the Non-Aligned Newsreels at Archival Assembly #2. It is an attempt to re-activating the archives.
Jatinangor, 23 Juni 2023. Senang sekali bisa berbagi pengalaman dan hasil catatan saya sebagai pengamat, pembelajar, dan juga pelaku kerja-kerja yang mengaktivasi arsip film. Dari pengalaman saya, kerja untuk mengaktivasi arsip film mulai semarak setelah tahun 2010-an. Pengalaman ini saya tuangkan dalam materi untuk Public Lecture yang diadakan oleh MONTAJ, festival film yang dikerjakan oleh …
Presentasi oleh Umi Lestari dan Efi Sri Handayani dalam pemutaran film Dr. Samsi (Ratna Asmara, 1952) di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022. Diskusi setelah pemutaran berlangsung dengan baik, tetapi banyak penonton yang belum bisa membedakan restorasi film dan digitisasi film. …. Umi memulai penelitian Ratna Asmara sejak awal pandemi covid 19 pada tahun 2020. Pada …
Ratna Asmara dan Dr. Samsi di JAFF 2022: Pemutaran dan Presentasi Read More »
From May 28 to June 1 2022, I attend the 7th Eye International Conference 2022. This annually event organized by Eye Filmmuseum, University of Amsterdam, Amsterdam School for Cultural Analysis, and Association of Moving Image Archivist. The theme of the conference is Global Audiovisual Archiving: Exchange of Knowledge and Practices. Eye International Conference 2022 aims …
Last year, I had a chance to be a curator of “B. Resobowo”, an art exhibition showing Basuki Resobowo’s archive and work, in Galeri Nasional Indonesia (GNI). Gadis, a painting made by Resobowo in the Indonesian National Revolution’s period and now is owned by GNI, became the only muse. Gadis was accompanied by other works …
Finding Basuki Resobowo’s Works in the Netherlands Read More »
Ratna Asmara directed Dr. Samsi in 1952. This film is based on modern play written by Andjar Asmara, who was hailed as the Father of Modern Theater in Indonesia. Dr. Samsi as a play becomes heritage in Indonesia and Southeast Asia. 70 years later, after Dr. Samsi was produced, me and Lisabona Rahman are sharing …
Ratna Asmara and Dr. Samsi Go to Eye Filmmuseum Amsterdam Read More »
Ratna Asmara / Suska, Liarsip, dan Saya merupakan pidato yang saya bawakan dalam acara Sekolah Pemikiran Perempuan x Jakarta Biennale. Acara ini diadakan pada tanggal 22 Desember 2021, saat perayaan Hari Kongres Perempuan pertama di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Video ini bisa diakses pada tautan berikut. Ratna Asmara / Suska Dua tahun setelah Kongres Perempuan …
Liburan Seniman (Usmar Ismail, 1965) portrays Sukarno’s effort to make New Emerging Forces in 1965 through its neorealism approach in filmmaking.
Lie Gie San membuat film Belenggu Masyarakat (1953)[1] bersama sutradara D. Suradjio. Ia menang FFI 1955 sebagai sinematografer terbaik.
Sebelum Usmar Ismail belajar ke Amerika, ia sempat menyutradarai filem Dosa Tak Berampun (1951).
Usmar Ismail membuat Big Village (1969) atau Dusun Besar tepat di masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada momen ini, pemerintahan Orde Baru memang belum ‘turun gunung’ untuk secara resmi memberikan modal bagi pembuat film untuk menginternalisasikan nilai-nilai anti komunis dalam film. Selama masa transisi, Indonesia mulai membuka diri terhadap negara-negara non Tiongkok …
Big Village (1969) dari Usmar Ismail: Legitimasi Orde Baru di Masa Transisi Read More »
Apes benar nasib Djadoeg Djajakusuma. Badan sensor dan kritikus menganggap filem pertamanya tidak cocok untuk dengan modernitas yang ditempuh pemerintahan Soekarno. (Baca Embun, filem pertama Djadoeg Djajakusuma pada link berikut). Film keduanya, Terimalah Laguku (1952), mendapat guntingan sensor dan peredarannya terhenti. Suami menjewer istri dan lelaki takut pada perempuan menjadi alasan penyensoran. Maskulinitas pada tahun …
Sebelum menyutradarai Embun (1951), setidaknya Djadoeg Djajakusma telah berproses pada tiga film awal Perfini. Ia menjadi asisten Usmar Ismail dalam film nasional pertama, Darah dan Doa (1950). Kemudian dalam Enam Djam di Djogja (1950), Djadoeg Djajakusuma menjadi peneliti untuk mengumpulkan testimoni para pejuang Perang Revolusi 1945 – 1949. Sedangkan dalam karya ketiga Usmar Ismail, Dosa …
Djadoeg Djajakusuma Mengeksplorasi Tradisi dan Wonosari dalam Filem Embun (1951) Read More »
Si Melati (1954) merupakan film anak buatan Basuki Effendy. Selain dikenal sebagai sutradara Perusahaan Film Negara (PFN), Basuki Effendy juga bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) pada pertengahan tahun 1950-an
Bachtiar Siagian pernah bikin filem Daerah Hilang. Filem ini disensor Orde Lama. Akbar Yumni dan Yustiansyah melakukan reenactment pada tanggal 7 dan 10 Oktober 2020.
DSekitar tahun 1954, Usmar Ismail pernah menulis, “film adalah kesenian bersama (collective) yang membutuhkan ahli-ahli bagi tiap cabang pekerjaannya.” “Sari Soal dalam Filem Indonesia” di Konfrontasi No.1/Juli-Agustus 1954 Pernyataan ini ditulis setelah Usmar selesai sekolah di Amerika. Tentu menarik karena apabila kita menyandingkan wacana mengenai kepengarangan (auteur) dalam sinema yang disematkan pada Usmar Ismail (lihat …
Sebagai penanda penting dalam sinema Indonesia, keberadaan Citra (Usmar Ismail, 1949) bagaikan hantu tanpa wajah. Judul film ini hingga sekarang masih dipakai sebagai sebuah penghargaan paling bergengsi di negeri +62. Piala Citra pertama kali dipakai saat Festival Film Indonesia lahir pada tahun 1955. Selain itu, di bidang sastra, kritikus sastra Indonesia berkebangsaan Belanda yakni A. …
Usmar Ismail, seorang Pisces yang hampir memiliki traits Aries, ini menyatakan bahwa ia tidak memiliki kuasa sama sekali ketika membuat Harta Karun dan Tjitra. Ia disetir oleh produser dari studio milik Belanda, South Pacific Film Corporation (SPFC).
Humba Dreams (2019) karya Riri Riza memperkenalkan D.A. Peransi sebagai teoritisi film Indonesia. Film ini berlatar Sumba.
Bachtiar Effendi dikenal sebagai jurnalis, sutradara, aktor, aktivisi. Ia membuat Meratjun Sukma pada tahun 1953 diproduseri PFN.
ike when I saw Shiraz: a Romance of India (1928), I was amazed by choreography on war and how the film team was able to arrange dozens of people into frames or ask elephants to step on the head of main character
If you are looking for film reference with minimal film crew or a film about solitude and farming, The Plastic House can be the one
On a Clear Day You Can See the Revolution From Here (2020) tries to represent the acceleration in the cities of Kazakhstan.
Durasinya hanya 67 menit. Terkadang kamera menangkap langit tanpa horizon, tetapi ia lebih banyak berada di dalam air. Tidak ada penanda waktu yang pasti. Kapan terjadinya perjalanan di laut ini? Siapa saja yang terekam? Penonton hanya bisa melihat birunya laut dan langit, kaki yang dibalut celana jeans navy, dan pantulan warna orange dari jaket pelampung. …
Of Land and Bread (2019) merupakan karya dari sutradara kelahiran Suriah, Ehab Tarabieh. Pujian tersemat untuk footage film yang menunjukkan realitas masyarakat Palestina di bawah kontrol militer Israel.
Festival Film Online yang berlangsung selama bulan Maret hingga Juni 2020. Saya menonton film di Ucifest, Visions du Reel, dan We Are One.
Pada perhelatan UMN Animation and Film Festival (Ucifest) 2020 kali ini, saya berkesempatan untuk menunjukkan tiga film eksperimental dari Asia Tenggara. Penayangan ini akan berlangsung pada hari Rabu, 22 April 2020, Pukul 11 – 12.30 WIB. Berikut adalah pengantar yang saya buat untuk film Shotgun Tuding (Shireen Seno, 2014), Demos (Danaya Chulphutiphong, 2016), dan Pagi …
Sinema Refleksif: Pengantar Film Eksperimental dari Asia Tenggara Read More »
Tak ada kata yang bisa mewakili kekaguman saya pada adegan pembuka dalam Perempuan Tanah Jahanam. Ping pong percakapan hadir lewat Maya dan Dini yang bertukar obrolan lewat ponsel dalam kotak kecil di pintu tol. Bangunan adegan ini tampak ritmis disokong dengan jalinan gambar yang membuat penonton mampu menangkap pengalaman karakternya. Selain itu, ketakutan seorang perempuan …
Perempuan Tanah Jahanam: Teror di Balik Keindahan Read More »
Boredom menggelayut selama dua jam. Masa lalu superhero yang super tragis. Mendayu-dayu latar musik. Perkelahian melempem di akhir cerita. Karakter-karakter yang tak mendapat tempat layak. Kesan ini membuat saya bertanya-tanya: Di mana Joko Anwar yang mampu membuat teriakan saya menggema ke seluruh ruangan saat Pengabdi Setan (2017) menguasai bioskop Indonesia dua tahun lalu? Secara keseluruhan …
Setiap melihat filem klasik Indonesia yang dibuat pada tahun 1950-an, saya selalu bertanya: Bagaimana para pekerja kreatif membayangkan Indonesia yang baru seumur jagung? Sebelum memasuki perdebatan estetika dari kelompok yang berafiliasi dengan LEKRA ataupun Lesbumi, setidaknya belum ada pembacaan detil yang menyasar pada filem-filem periode ini. Dari beberapa filem klasik Indonesia yang pernah saya tonton, …
Sange gak kenal kelas sosial! Ketika ketertarikan jasmaniah dan jiwani ini terlembagakan ke dalam pernikahan, ceritanya menjadi lain. Kita harus berhadapan dengan yang baik dan yang buruk dari pasangan. Dua Garis Biru (2019) karya Ginantri S. Noer sendiri cukup detil dalam memaparkan kompromi pasangan muda yang terjebak dalam lembaga pernikahan. Tubrukan nilai-nila agama, tradisional, dan …
Kereta pre-loved. Mobil beriringan menunggu giliran saat jam sibuk. Lebar jalanan yang hanya dua lajur. Kota-kota pinggiran Manila terkoneksi sekadarnya. Pemandangan ini berbeda 360 derajat dengan Kota Dumaguete yang terletak di kawasan Negros Oriental, Filipina. Jalanannya kecil tanpa lampu merah. Pelabuhan penghubung dengan Pulau Apo dan Pulau Siquijor yang terkenal dengan pantai pasir putih. Dan …
Inter Asia Cultural Studies Society Conference 2019 di Kota Dumaguete Read More »
“Di era globalisasi, para pembuat film makin jeli untuk mengindikasikan masalah dan isu-isu yang lebih global,” begitulah ujaran Prof. Sheldon Lu selaku pembicara utama (keynote speaker) dalam 13th Asian Cinema Studies Society Conference. Konferensi ini berlangsung pada tanggal 24 – 26 Juni 2019 di LASALLE College of The Arts, Singapura. Adapun tema besarnya adalah “the …
Catatan dari 13th Asian Cinema Studies Society Conference Read More »
Tulisan sederhana ini ditulis pada 6 Agustus 2014. Saat itu saya sedang berusaha mengingat secara mudah konsep-konsep Psikoanalisa Lacanian yang bagi pemula ternyata cukup rumit. Berikut perkenalan saya dengan Psikoanalisis Lacan.
Dari Komedie Stamboel hingga Sisworo Gautama Putra, lalu ke cerita Luna Maya. Ada apa dengan Aladin dan Seribu Satu Malam?
Saya selalu mengutarakan bahwa film slasher / horror/ thriller is not my cup of tea. #MalamJumat the Movie dari Hadrah Daeng Ratu ini mampu membuat saya menepikan ketidaksukaan saya pada gambar penuh kekerasan dalam film Indonesia.
Estetika Film Indonesia: The Teng Chun Pada tahun 2016 lalu, saya berkesempatan untuk melihat film dari masa kolonial di Sinematek Indonesia. Film tersebut berjudul Tie Pat Kai Kawin karya The Teng Chun, dibuat pada tahun 1935. Sebelum membuat Java Industrial Film, yang tercatat sebagai studio pertama di Hindia Belanda yang fokus pada film cerita, The …
Estetika Film Indonesia: Belajar Dari yang Klasik Read More »
Mengapa laki-laki bertato dan cincin tengkorak masih menghantui, seolah Ravi Bharwani dan Rayya Makarim tidak bisa bergerak melampaui sesuatu yang stereotipikal? Mengapa dibutuhkan seorang pesulap supaya May bisa berkata? Mengapa proses pemulihan May seperti sebuah workshop singkat dan kejar tayang?
Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Efesus 5:29
Puitika Desain dalam Ave Maryam karya Ertanto Robby. Bagi untuk penonton yang telah terbiasa dengan estetika instagram dan foto-foto Kinfolk, film ini seperti penyegar mata di kala bioskop Indonesia dibanjiri oleh film-film dengan pergantian gambar cepat dan condong menggunakan warna sehari-hari.
Manten Manten (2019, Farisha Latjuba) memberikan tawaran bahwa cinta tidak harus memiliki. Perempuan juga bisa memilih untuk tidak bergantung pada Liyan. Identitas bisa dipilih selayaknya ganti baju.
Imagine you are a detective. You are looking for evidence of a case with minimal information. Suddenly you find simple but significant evidence. Well … the experience of playing a detective, I always do when doing research. I look data holistically, from what can be touch to gossip surround us. Sometimes I was actually driven …
Antara Huyung dan Nawi: jangan main-main Anda sama yang khatam montase! Ditambah dengan komedi khas Indonesia, bisa ngakak Anda!
Ngobrolin Benyamin itu kagak pernah ada habisnya! Ada saja hal-hal dari karyanya yang masih kontekstual hingga sekarang, Mau mengulik performatifitasnya hayuk! Mau membedah lirik dan musiknya juga oke! Atau mau ngomongin Benyamin Sueb membuat film? Cara memulai pembahasan Benyamin tentu bisa dimulai dari mana saja, termasuk lewat film komedi yang ia bintangi. Menurut Pak David …
Benyamin Sueb dalam Enam Film Nawi Ismail yang Wajib Kamu Tonton! Read More »
Sedari Ashar, mendung menggelayut di kawasan Sleman. Hujan kadang turun deras, kemudian gerimis tipis-tipis menjelang pukul lima. Nada pemberitahuan di ponsel saya berbunyi. Tertulis bahwa Lisabona Bona dan Naomi Srikandi telah sampai di salah satu mall kawasan Sleman. Saya mempercepat laju sepeda motor, melewati jalan tikus Maguwo-Babarsari-Ambarrukmo. Sesampainya di tempat terjanjikan, mbak Lisa dan mbak …
Lisabona Rahman – What They Don’t Talk About When They Talk About Film Restoration Read More »
Indonesia di masa depan dilanda krisis pangan. Perubahan iklim dan pemimpin yang korup, membuat rakyat harus bertahan berebut pangan. Debut Randy Korompis dalam Foxtrot Six ini memang mirip dengan simulasi permainan adu tembak. Sayangnya, film ini seperti dibuat oleh laki-laki untuk laki-laki.