Foxtrot Six: Militer vs Militer Menguak Krisis Pangan

Apa persamaan antara debut Randy Korompis dengan film Christopher Nolan, Interstellar (2014)? Kedua film ini mengangkat isu krisis pangan yang akan terjadi di masa depan. Keduanya juga menampilkan gambar ladang jagung mengering, menandakan latar tempat tanpa panen sebagai penyokong cerita. Bila film Nolan bergerak untuk menyelesaikan krisis tersebut dengan alur pencarian planet baru untuk ditanami, mencari tanah seperti seperti Columbus; maka Randy lebih ingin menguak kerja penguasa tiran yang sistemnya penuh korupsi. Foxtrot Six tidak memberikan imaji mengenai bagaimana bertahan dalam kondisi darurat. Lebih tepatnya ia membiarkan situasi kaos (chaos) tidak terselesaikan.

Foxtrot Six menghadirkan Indonesia sebagai distopia. Film ini mengambil latar saat Indonesia dipimpin oleh satu partai bernama Piranas yang tidak memperdulikan rakyat. Gedung Piranas berada di tengah hutan, tinggi menjulang berwarna hitam. Meskipun kesan futuristik dihadirkan dari gambar luar gedung Piranas, namun tetap, untuk properti ruang di dalamnya masih mengandalkan kekhasan dengan warna coklat tanah dan properti berupa kayu jati. Isi dan gedung Piranas kontras dengan situasi jalanan di Jakarta, saat krisis pangan menghantam. Randy seperti ingin menghadirkan: yang kaya tidak terjangkau kekayaannya; dan yang miskin hidup mengemis menunggu bantuan pangan.

Lihat Film Lain yang Diproduseri MD Pictures

Karena latar Foxtrot Six ada di masa yang akan datang, penonton bisa melihat bagaimana pendonor film dibiarkan tetap ada dan tidak terpengaruh oleh perubahan global. Misalnya saja, di awal cerita, kehadiran Angga (Oka Antara) melamar Sari (Julie Estelle) dilatari oleh keberadaan pengendara ojek daring. 12 tahun setelahnya, sistem ojek daring itu telah berubah menjadi lebih canggih dan mampu menjadi semacam asisten pribadi. Kemudian, ada pula tempat belanja daring. Mereka dihadirkan dalam iklan di sebuah gedung yang dilihat Oka Antara saat membuka jendela apartemennya. Ini menarik. Setidaknya film ini bisa memberi gambaran mengenai hal apa saja yang akan terus bertahan di masa mendatang.

Kejantanan, Krisis Pangan, Rakyat Terbelakang

Kesamaan antara Foxtrot Six dan Interstellar tampaknya hanya mengenai isu belaka. Selebihnya, Randy seperti menghadirkan film dari laki-laki untuk laki-laki. Kejantanan, keberanian bertarung dengan senjata serta otot-otot yang kekar, segerombolan laki-laki melawan laki-laki lainnya menjadi poin yang hendak diangkat. Bahkan kehadiran Sari yang saya pikir akan meramaikan pertarungan, ternyata hanya digunakan sebagai penyokong supaya karakter Angga bisa mengambil panggung sepenuhnya. Sari dibiarkan sebagai sosok Ibu, baik yang memiliki rahim sehingga Dinda sebagai generasi baru dilahirkan maupun Ibu dari gerakan Reformasi, oposan Piranas. Selebihnya para laki-laki –lah yang mengambil alih.

Foxtrot Six by Randy Korompis
Tentara Piranas yang dipimpin oleh Wisnu (diperankan Edward Akbar). Sumber: Rapid Eye Pictures dan MD Entertainment

Kejantanan yang terus-menerus ditekankan seperti ingin membangkitkan kemutlakan bahwa menjadi laki-laki harus berani bertarung. Karakter Ethan yang lebih luwes (effeminate) misalnya akhirnya digambarkan bisa menggunakan Kodiak, baju tempur super canggih, dan berani mati demi keadilan. Ethan yang semula geek berubah menjadi tentara siap tempur. Foxtrot Six tidak memberikan ruang untuk menjadi abu-abu. Mario Kassar selaku produser tampaknya menemukan tambatannya untuk menghidupkan kembali machismo seperti film-filmnya terdahulu, waralaba Rambo dan Terminator. Ketika di USA kini industri filmnya berusaha mengubah wajah menjadi lebih sadar gender (ditambah dengan gerakan #metoo), Kassar malah mendapatkan pasar baru di Indonesia. Di sini kebijakan untuk industri film sendiri belum mempermasalahkan porsi gender.

Kemudian pilihan Randy untuk mengolah krisis pangan sebagai isu global, sebenarnya sejalan dengan kegelisahan pemerintah Indonesia. Misalnya saja sejak era SBY, pemerintah mencanangkan untuk menjadikan Papua sebagai lumbung pangan. Isu tanah yang sekarang beralih menjadi pemukiman, memicu adanya gerakan urban farming dan gerakan lain yang banyak bermunculan sekarang. Namun, alih-alih mengandaikan jalan keluar yang demikian, Randy ternyata memilih untuk tidak menyelesaikan krisis tersebut. Ia hanya sampai pada menerangkan terjadinya krisis, ketika pemerintahan lebih memilih untuk memperkaya dirinya sendiri daripada memikirkan hajat hidup orang banyak.

Lihat Wiro Sableng 212 yang juga ditangani oleh Hollywood

Satu-satunya jalan yang ditawarkan untuk mengatasi hal tersebut adalah kudeta. Jalan yang demikian tentu tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi Randy memilih untuk menggunakan formula penculikan menteri (saya jadi teringat dengan cerita penculikan jenderal) untuk membuat hoax di masyarakat. Keadaan akan pulih atas jasa militer. Perang untuk keadilan sendiri berlangsung antara Angga (mantan marinir) dan Wisnu (pemimpin paramiliter). Sebelum Piranas mengambil alih, keduanya pernah bersekutu untuk mengangkat presiden yang sekarang. Namun ketika presiden telah naik takhta, ia malah membunuh banyak orang yang dianggap melawan. Alur cerita yang sepertinya dicuri dari kisah peralihan Orde yang ada di Indonesia.

Saya juga ingin menggarisbawahi kehadiran Spec (Chicco Jerikho), karakter pendiam dan juga jago tembak. Di akhir cerita Spec ternyata selamat, dijemput oleh helikopter dengan lambang bendera Amerika Serikat. Sontak saya diyakinkan bahwa ini bukanlah film mengenai nasionalisme, tetapi lebih untuk menonjolkan peran Amerika Serikat dalam hal apa pun. Saya jadi teringat kembali pada akhir Interstellar ketika Anne Hathaway menancapkan bendera Amerika di planet yang baru. Meskipun secara ide Foxtrot Six berada jauh di belakang, tetapi saya semakin yakin peran Amerika Serikat dalam film ini sangat besar. Dengan sadar, Randy memunculkan imaji bahwa Amerika Serikat sebagai penolong atas krisis yang sedang melanda.

Selain beberapa hal di atas, saya juga ingin menggarisbawahi bagaimana Randy berusaha menampilkan sisi meledak-ledak dari rakyat Indonesia di masa depan. Hanya dengan menghadirkan video testimoni dari presiden, akhirnya rakyat tersulut amarahnya. Krisis pangan memang tidak selesai, namun film ini ternyata berujung ke arah yang lain untuk menunjukkan sisi survival saat kekacauan tidak bisa diatasi. Karena film ini berada di rumah produksi MD Pictures, saya meyakini bahwa ketiadaan negara memang disengaja. Dengan memilih akhir cerita saat Angga dan Dinda berjalan melintasi para pendemo, situasi memang tidak menjadi lebih baik. Namun kehadiran penyatuan keluarga yang tercerai berai, bergandengan tangan sembari acuh dengan sekitar, menandakan bahwa sisi bertahan hidup harus dilihat sebagai upaya dari individu, bukan skema besar yang diberikan negara.

Penutup

Bila tujuan dari Foxtrot Six ingin menghadirkan citarasa Hollywood, saya pikir itu sudah terpenuhi. Tetapi perlu diingat, itu bukan kemajuan tetapi justru sebuah kemunduran. Foxtrot Six masih setipe dengan film laga Hollywood era 1980-an, terutama film-film yang diproduseri oleh Mario Kassar saat kejantanan menjadi jawaban untuk semua masalah. Namun bila Randy berencana membuat sekuel dan ia masih berpatokan pada game, ada baiknya menilik pada game yang fokus pada pertanian dan peternakan. Tentu Dinda bisa menjadi tokoh utama, sama seperti karakter Murphy Cooper dalam Interstellar yang mampu membantu ayahnya menemukan jalan pulang dan mengatasi krisis pangan global.

Lebih penting dari itu, saya yakin kita tidak perlu mengiyakan pernyataan dari Manoj Punjabi seperti dari halaman Beritagar.id, “Saya kira itu keberanian yang luar biasa dan mudah-mudahan film ini bisa jadi benchmark, jadi orang mau bikin film mahal yang ada value kita bisa fightgo international,”. Ada banyak cara, dan banyak jalan, untuk membuat film bermutu baik dengan cerita yang lebih mengena ke masyarakat. Banyaknya dana produksi tidak perlu menjadi patokan.

Foxtrot Six (2019)

Seperti melihat game Metal Slug di layar besar. Ketika keenam tentara meneriakkan “kodiaaak”, simulasi memainkan game semacam Air Force atau permainan tembakan lainnya serasa hidup. Foxtrot Six berupaya untuk menegakkan keadilan saat Indonesia dikuasai oleh partai tiran bernama Piranas. Angga yang semula berada di pihak Piranas, secara tiba-tiba menjadi oposan karena kekasihnya, Sari Nirmala, berada di pihak Reformasi. Rencana untuk menguak tabir kejahatan Piranas dilakukan. Angga berhadapan dengan Wisnu, pemimpin paramiliter. Piranas akhirnya bisa ditaklukkan, namun negara tetap kaos.

Sutradara: Randy Korompis | Penulis: Randy Korompis |Sinematografi: Ical Tanjung |Pemeran: Oka Antara, Verdi Solaiman, Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Arifin Putra, Mike Lewis, Miller Khan, Edward Akbar, Julie Estelle, Norman R. Akyuwen, Cok Simbara, Godfred Oriendeod, Wilem Bevers, Aurelie Moeremans, Ario Prabowo | Produser: Mario Kassar | Rumah Produksi dan Distribusi: Rapid Eye Pictures dan MD Pictures

Leave a Reply