“Can’t bring back time. Like holding water in your hand.”
― Ulysses
Jadi ceritanya, bulan November lalu, saya tertantang untuk menulis mengenai salah satu sutaradara penting di era ini. Mulailah petualangan saya menyaksikan program retrospeksi di salah satu festival yang mengawinkan film “independen” dan “komersial” di Yogyakarta. Terakhir kali saya datang ke festival film ini mungkin sekitar tahun 2013. Saat itu saya sedang membuat tugas kuliah, dan entah mengapa saya kok tertarik menelisik wacana festival ini. Saya cukup kaget karena festival ini tumbuh sedemikian rupa. Orang-orang baru, energi baru, penonton muda, dan sistem baru.
Well, kembali ke proses penulisan… Sebulan ini saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari pendekatan dan membaca kembali materi-materi untuk mendukung pembacaan saya atas film-film yang telah saya tonton tersebut. Saya kembali mendalami konsep tatapan (gaze) dan penggunaannya dalam film-film yang ingin mengujarkan sejarah “kelam”. Kurang puas, saya menghampiri konsep sexuation untuk melihat bagaimana pasangan, keluarga, anak, lelaki dan perempuan, serta ketubuhan digunakan untuk mendukung pernyataan film. Bahasa paling gampangnya sexuation itu “cinta-cintaan”. Nah dari penggambaran cinta-cintaan inilah, suatu film bisa dikategorikan hendak menyasar ke mana.
Proses memilih pendekatan ternyata sama rumitnya dengan memilih belanjaan di toko online. Harus cari yang pas di hati supaya nyaman dipakai hingga artikel selesai.
Okay… selain curahan hati yang lebih mirip melipir dari tanggung jawab seperti di atas, saya juga ingin mengucapkan Selamat Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Saya paling tidak bisa membuat kata-kata mutiara tentang pergantian tahun karena bagi saya semuanya sama saja. Hanya tanggalnya yang berubah. hehe.. Namun, semoga di acara liburan panjang ini, semua bisa terus berkumpul dengan orang-orang terkasih. Jangan lupa sedia vitamin dan jaga asupan karena grafik hujan akan segera naik, pergerakan angin juga kadang tidak bisa diraba, serta minim cahaya matahari.
Terima kasih sudah membaca perjalanan saya sebagai kritikus film selama akhir tahun 2018 ini. Sampai jumpa tahun depan! Saya janji artikel tentang Garin Nugroho akan kelar!
Salam hangat
Umi Lestari